Anggota : Dedy Qalbu Hadi (131301011)
Ririn
Hapsari (111301103)
NurulNia Aqsari (131301071)
MarsellaAritonang (131301091)
FannisaFitri Eliza (131301099)
Tugas : Laporan Observasi Sekolah
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
“LAPORAN HASIL OBSERVASI”
A. DESKRIPSI SEKOLAH
a.
Nama
sekolah : SD Negeri
060922
b.
Alamat
sekolah : Jalan Kuningan Kel. Tanjung Rejo Kec. Medan Sunggal
c.
Uang
sekolah : Free (gratis)
d.
Jumlah
Kelas : 12 Kelas (pagi dan siang)
e.
Jumlah Murid : 429 Orang
·
Islam : 324 Orang
·
Kristen (protestan) : 105 Orang
f.
Jumlah Guru : 17 Orang
·
Kepala
Sekolah : Marsunyi
S.Pd
·
Guru Kelas : 12 Orang (3 Honor)
·
Guru B.
Inggris : 1 Orang
(Honor)
·
Guru SBK : 1 Orang (Honor)
·
Guru Agama
Islam : 1 Orang (Honor)
·
Guru Agama
Kristen: 1 Orang (Honor)
B. URAIAN AKTIVITAS OBSERVASI
•
Hari/Tanggal
Observasi : Jumat / 28 Maret 2014
•
Waktu
Pelaksanaan : 10.00 –
11.30 WIB
•
Kelas yang
di Observasi : Kelas V-B
•
Pembagian
Tugas
•
Semua
anggota kelompok masuk ke kelas dan duduk di sudut kanan dan kiri belakang
ü Dokumentasi :
Dedy Qalbu Hadi (131301011)
Ririn
Hapsari (111301103)
ü Wawancara :
Nurul Nia Aqsari (131301071)
Marsela Aritonang (131301091)
Fannisa Fitri Eliza (131301099)
C.
HASIL OBSERVASI
I. 1. PENDAHULUAN
Setiap sekolah memiliki ciri khas, karakteristik, dan kebutuhan yang
berbeda-beda. Sekolah tidak hanya sebagai pelaksana program-program sekolah,
akan tetapi mereka merupakan pihak utama yang harus diberdayakan dalam
pengambilan keputusan, dan pengelolaan secara mandiri, karena sekolah paling
tahu permasalahan dan kebutuhannya sendiri. Namun, di balik semua itu, muncul
sebuah pernyatan yang mengatakan bahwa masih banyak terdapat beberapa sekolah,
dimana mereka belum menerapkan mutu pendidikan yang layak terhadap
murid-muridnya. Meskipun pemerintah telah memberikan beberapa fasilitas, namun
hal ini masih belum juga dapat mengubah dengan sepenuhnya sistem pembelajaran
yang ada di sekolah-sekolah tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian
di berbagai pihak, maka dari itulah, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan cara melakukan reformasi pendidikan yakni mengubah
sistem pembelajaran yang ada di sekolah tersebut, khususnya metode pengajaran
yang diterapkan untuk murid-muridnya.
II. 2. LANDASAN TEORI
1. A. Teori belajar
Pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen
atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, ynag diperoleh melalui
pengalaman. Cakupan pembelajaran itu sendiri sangatlah luas. Pembelajaran
melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran dapat berlangsung
di sekolah dan di mana saja di seputar dunia anak.
Terdapat dua pandangan pendekatan tentang pembelajaran, diantaranya pendekatan
kognitif dan behavioral. Namun di dalam
pengamatan ini kami lebih memfokuskan kepada pendekatan behavioral.
Behaviorisme sendiri dapat diartikan
sebagai pandangan yang menyatakan
bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental itu sendiri dapat diartikan
sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat
oleh orang lain. Pengondisian operan merupakan salah satu bagian dari pandangan
behavioral ini. Pengondisian operan (instrumental) merupakan sebentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulang. Tokoh yang mengemukakan
pandangan ini adalah B.F Skinner dan E.L. Thorndike.
Ø Hukum efek Thorndike, menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan
diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Hal
ini diperkuat dengan eksperimen Thorndike, dimana dia menggunakan kucing
sebagai bahan pengamatannya yang dimasukkan di dalam sebuah kotak yang tertutup
dan meletakkan sebuah ikan di luar kotak tersebut. Hal ini hampir sama dengan
yang dilakukan Ivan Pavlov saat melakukan eksperimennya.
Ø Pengondisian Operan Skinner, dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku akan
terjadi.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat berupa penguatan atau hukuman. Penguatan
(imbalan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu
perilaku akan terjadi. Sedangkan hukuman adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Didalam penguatan tersebut terdapat juga 2 penguatan
yakni: penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan
positif adalah frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Sedangkan penguatan
negatif merupakan frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan.
2. B. Orientasi Belajar
Orientasi belajar adalah cara yang dilakukan
pengajar dan murid untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan
instruksional tertentu. Terdapat 2
orientasi belajar, yaitu:
a.
Teacher
Centered Learning (TCL) yakni berorientasi pada konten, dimana guru yang menjadi pusat dalam
pembelajaran
b.
Student
Centered Learning (SCL), yakni berorientasi pada pembelajaran, dimana murid berperan aktif dalam
pembelajaran
3. C. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan
kekuatan atau gerak dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan perilaku
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang muncul karena memenuhi
kebutuhannya. Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan prilaku.
Artinya, prilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah
dan bertahan lama. Perspektif psikologi
menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang
berbeda pula, terdapat 4 perspektif, yaitu : Behavioral, humanistis, kognitif
dan sosial.
a.
Perspektif
behavioral menekankan imbalan
dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid
b.
Perspektif
humanistis menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib
mereka.
c.
Perspektif
kognitif menekankan bahwa
pemikiran muridlah yang akan memandu motivasi mereka sendiri.
d.
Perspektif
sosial menekankan kepada
kebutuhan afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan kepada
orang lain secara aman.
Bentuk motivasi
ada dua yaitu : Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi
Intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi ssuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri), sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment
dan reward.
4.
4. 4. Manajemen kelas
Manajemen kelas merupakan bagian integral dari pengajaran efektif
yang mencegah masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan
kegiatan belajar yang lebih baik, pemberian materi pelajaran yang lebih baik
dan interaksi guru-siswa yang lebih baik. Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan, yaitu: membantu murid
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas
yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem
akademik dan emosional.
Terdapat pula gaya penataan kelas standar yang paling mendukung aktivitas
tertentu (seluruh kelas, kelompok kecil, tugas individual, dan lain-lain),
yaitu : gaya auditorium (semua murid menghadap guru), gaya tatap muka (murid
saling menghadap), gaya off-set (sejumlah murid biasanya tiga atau empat duduk
di bangku tapi tidak berhadapan langsung satu sama lain), gaya seminar (10 atau
lebih murid duduk disusun berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U),
gaya klaster (4-8 murid bekerja dalam kelompok kecil).
III. 3 LAPORAN OBSERVASI
Adapun observasi yang kami lakukan yang berkaitan
dengan landasan teori yang telah kami kemukakan sebelumnya adalah:
1. A. Teori belajar
Teori belajar yang di
gunakan didalam kelas yang di observasi
ini menggunakan teori belajar behavioral, dimana siswa belajar dengan
menggunakan reinforcement. Didalam
kelas, guru akan memberikan nilai tambah dengan murid yang dapat mengumpulkan
tugas paling cepat.
2. B. Orientasi Belajar
Orientasi
belajar yang dilakukan pada kelas yang diobservasi mengarah pada Student
Centered Learning. Hal
ini terlihat dari hasil observasi, pada pelajaran PKn, dimana guru hanya
memberikan tugas untuk siswa yang ada di kelas. Sehingga siswa dapat mencari
informasi yang ada di buku, tidak hanya mengandalkan apa yang di berikan oleh
guru.
3. C. Motivasi Belajar
Motivasi
murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang
dipelajari. Kebanyakan murid belajar keras hanya dengan tujuan bisa menyelesaikan
ujian.
Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori
behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian
mendapatkan penghargaan.
4. D. Manajemen Kelas
Manajemen
di dalam kelas tersebut cukup baik. Kelas dipimpin oleh seorang ketua kelas yang bernama Dedek Irwansyah. Meskipun terdapat beberapa kekurangan seperti ruang kelas yang kurang
bersih dan fasilitas yang seadanya. Penataan kelas menggunakan gaya penataan
auditorium. Berikut
gambaran mengenai kondisi kelas V-B yang di kami observasi:
Di dalam kelas
terdiri dari 32 orang murid. Adapun perlengkapan kelas yang tersedia, yakni:
ü 1 buah Meja guru
ü Papan tulis hitam dan putih
ü Lemari (2 buah)
ü Sapu (4 buah)
ü Poster pahlawan
ü Poster hewan, tumbuhan, bangun ruang dan
istilah matematika
ü Foto presiden dan wakil presiden
ü Peta Indonesia
ü Meja murid (40 buah)
ü Kursi murid (40 buah)
IV.
JADWAL PELAKSANAAN
Jumat,
28 Maret 2014, pukul 10.00 sampai 11.30 WIB.
V.
URAIAN WAKTU OBSERVASI
Jam
|
Kegiatan yang dilakukan
saat observasi
|
10.00
|
Guru datang
|
10.03
|
Guru membuka kelas dengan
menanyakan tugas yang sudah diberikan pada jam sebelumnya.
|
10.04
|
Murid mengerjakan tugas
yang diberikan guru¹
|
10.30
|
Guru keluar²
|
10.54
|
Guru mengajak guru lain
masuk ke kelas dan mengobrol dengan guru tersebut
|
11.04
|
Kelompok memberikan reward
kepada murid dengan memberikan kuis kepada mereka
|
11.30
|
Kelas selesai
|
Catatan:
¹guru tidak
memperdulikan kegiatan murid di kelasnya
²suasana
kelas tidak kondusif
VI. 6. KESIMPULAN
Berdasarkan
observasi kemarin, dapat kami simpulkan, bahwa:
1.
Kelas yang
diobservasi tidak merupakan proses pembelajaran yang baik.
2.
Pembelajaran
behavioral akan berjalan dengan baik jika feedback (penguatan positif) dari guru baik
VII. 7. EVALUASI
Sekolah
harusnya lebih ketat dalam menerapkan sistem atau metode pembelajaran yang akan
diberikan kepada muridnya. Khususnya kepada para gurunya. Melakukan pengawasan
yang ketat akan menimbulkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih kondusif. Para guru di tuntut untuk lebih
peduli saat melakukan proses belajar-mengajar di dalam kelas dan
mengesampingkan kepentingan pribadi. Mengajak para murid untuk lebih aktif di
dalam kelas. Hal ini tentu akan membawa pengaruh yang baik di dalam proses belajar-mengajar tersebut. Salah
satunya adalah dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam diri
murid-muridnya.
D.
TESTIMONI
1.
Menurut Kelompok
2.
Menurut Pribadi
Ø Dedy Qalbu Hadi (13-011):
·
Guru sibuk
dengan kegiatannya di depan membuat murid merasa tidak diperdulikan. Oleh
karena itu, pembelajaran kurang efektif. Murid yang mengejar reward dari
guru hanya sedikit, yaitu, nilai tambah apabila murid mengumpulkan tugas dengan
cepat.
·
Observasi
dilakukan dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara pihak
sekolah dan kelompok
Ø Ririn Hapsari (11-103)
·
Pembelajaran
yang ada di kelas tidak efektif karena guru tidak memperdulikan murid
·
Suasana
kelas tidak kondusif disaat guru keluar. Para murid saling mengganggu murid
lainnya dan terjadi keributan sebentar.
·
Kelas
kurang bersih karena terlihat sampah dimana-mana
Ø Nurul Nia Aqsari (13-071)
·
Kesan
pertama melihat kelas yang diobservasi adalah ruang kelas yang tidak tertata
rapi dan kotor. Ketika kami masuk dan memperkenalkan diri, murid menyambut kami
dengan antusias.
·
Namun,
ketika guru masuk, tidak terjadi interaksi antara guru dan murid. Guru sibuk
dengan pekerjaannya sendiri dan tidak memperhatikan murid
Ø Marsela Aritonang (13-091)
·
Ini adalah
pengalaman pertama saya melakukan observasi ke sekolah. Pihak sekolah yang kami
kunjungi sangat terbuka, sehingga proses observasi yang kami lakukan tidak
terlalu sulit. Menurut saya sisiten belajar SCL sangat baik diterapkan untuk
siswa, tetapi penerapannya untuk anak SD masih belum berjalan lancar sebagaimana
tujuannya.
Ø Fannisa Fitri
·
Sekolah
yang diobservasi memiliki lingkungan yang kurang bersih, kurang adanya
perhatian dari orang yang berada di sekitar sekolah
·
Makanan di
kantin kurang sehat, ruangan kelas tidak memenuhi standard (atap bocor)
·
Guru dalam
mengajar terkesan cuek
·
Walaupun
murid aktif, tetapi murid berisik yang membuat suasana kelas tidak tenang
Tidak ada komentar :
Posting Komentar