Minggu, 23 Maret 2014

TUGAS PSIKOLOGI - PDDK -Badmintonku, Oh Vygotsky!

Ketika berumur enam tahun, aku melihat sebuah batang besi yang diatasnya terdapat bundaran dengan tali yang saling mengikat. Tali tersebut sangat kuat dan tidak bisa diregangkan. Aku memantulkan setiap benda ke tali tersebut dengan perasaan sangat gembira. *namanya juga anak umur enam tahun, ya wajar toh kegirangan ngelakuin hal gituan -_-*
Ternyata, benda tersebut dinamakan ayahku raket. Dikala itu, aku kurang paham penggunaan raket itu untuk apa. Terkadang aku menggunakannya sebagai pengganti gitar, microfone, sampai pedang-pedangan. Suatu hari, aku ketahuan oleh ayahku menggunakan raketnya sebagai pedang-pedangan. Namanya juga anak lelaki, raket tersebut aku hentak-hentakan ke jendela sebagai pengganti lawanku. Disaat itu lah ayah mengajakku keluar. Ayah membawa dua raket dan satu benda aneh dengan bulu-bulu yang mengitari benda tersebut. Yes! Ayah akan bermain pedang-pedangan bersamaku! Aku sudah tidak sabar menunggu ayah.
Ayah memberiku satu raket yang ia ambil tadi dan menyuruhku menjauh darinya. Aku terheran karena setahu aku, bermain pedang-pedangan itu saling mendekat seperti yang aku lakukan bersama teman-temanku. Kemudian, ayah memantulkan benda kecil tersebut ke arahku dan menyuruhku untuk memantulkan benda tersebut. “Itu namanya shuttlecock” ayah mngatakan kepadaku. “Cara bermainnya adalah kita saling memantulkan bola tersebut kepada lawan. Apabila bola tersebut jatuh di daerah lawan, berarti dia kalah.”, ayah menjelaskan permainan ini kepadaku. “oke! Perang dimulai!”, aku menjawab.
Bola tersebut ku pegang dan mencoba untuk memantulkannya. Setiap aku mencoba untuk memantulkan bola tersebut, bola pasti jatuh. Ayah mengajariku bagaimana cara memantulkan bola. Ia memegang tanganku. Tangan kanan ku diayunkannya dan mengatakan bahwa ketika ayunan tangan sudah diatas, maka lepas bolanya. Satu, dua, dan tiga! Berhasil! Aku berhasil pada percobaan pertama. Percobaan kedua ayah masih memegang tanganku dan ia mengayunkan tanganku lagi. Kali ini tidak berhasil karena aku terlalu cepat menjatuhkan bola sebelum ayunan tanganku sampai diatas. Dipercobaan ketiga, tetap masih diayunkan ayah dan aku berhasil.
Kali ini, aku mencoba untuk mengayunkannya sendiri. Aku memakai teori ayah yang mengatakan bahwa bola dilepas ketika ayunan tangan sudah diatas, kaki kiri didepan, badan sedikit kesamping. Yap! Berhasil. Aku melambungkan bola tersebut tepat pada ayah dan ayah menerima bola tersebut dan mengembalikan kepadaku. Dan aku mulai paham permainan badminton ini. Pengalaman pertama ini sangat melelahkan.
Keesokan harinya, ayah memanggilku untuk melihat televisi bersamanya. Channel televisi tersebut menunjukkan persaingan Indonesia melawan China dalam permainan badminton. Ayah memberikanku sedikit ilmu dengan menunjukkan permainan tersebut kepadaku. Bagaimana servise bola dengan benar, bagaimana melakukan smash menukik, bagaimana melakukan backhand, dan banyak lagi. Disore hari, aku mengajak temanku untuk bermain badminton. Ia lebih tua dariku, mungkin sudah kelas 3 sd sedangkan aku masih duduk di kelas 1 sd. Kami memulai permainan tersebut dengan gaya dan kecurangan masing-masing.
Beberapa minggu kemudian, ayah mengajakku untuk bermain badminton. Kali ini aku sudah mulai paham permainannya. Ayah mulai bermain cepat. Ia memberikan bola lambung kepada ku dan menyuruhku untuk melakukan smash pada bola itu. Aku berhasil dan itu adalah smash pertamaku. Setiap ada bola lambung, aku mencoba untuk smash menukik untuk mengasah permainanku ini.
Didalam cerita yang pernah diceritakan oleh ibu saya ini, terdapat sebuah teori seorang tokoh yang berasal dari Rusia yaitu, Vygotsky. Terdapat dua teori didalam cerita ini.
1.     Teori Zone of Proximal Development
Serangkaian tugas yang sulit dilakukan oleh anak yang dapat dipelajari oleh orang dewasa atau orang yang lebih mampu.
Didalam cerita ini, saya diajarkan oleh ayah bagaimana cara memegang raket, mengayunkan raket, dan melambungkan bola. Saya mengambil pelajaran tersebut dan melakukannya sendiri.

2.    Teori Scaffolding
Sebuah teknik untuk mengubah level dukungan. Ketika tugas yang akan dipelajari si murid adalah tugas baru, maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik instruksi langsung. Saat kemampuan ,murid meningkat, maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Didalam cerita ini, ayah membimbingku dengan melihat televisi, memberikan penjelasan bagaimana Taufik Hidayat melakukan smash keras. Kemudian, ia menyuruhku untuk melakukan smash dengan melambungkan bola tinggi agar aku dengan mudah melakukan hal tersebut. Bimbingannya semakin sedikit ketika aku melakukan smash tanpa arahan ayah untuk melakukan smash.


KELOMPOK 7
DEDYQALBU HADI            131301011   (vygotsky)
RIRIN HAPSARI                 111301103   (bronfenbrener)
NURUL NIA AQSARI         131301071   (vygotsky)
MARSELA ARITONANG     131301091   (vygotsky)

FANNISA FITRI ELIZA     131301099   (vygotsky)

Tidak ada komentar :