Setelah
sekian lama tidak menulis. Finally, dengan tugas Kepribadian II ini, saya
menulis lagi. Walaupun dikerjakan dengan waktu didekat deadline, ini lebih gereget. Pada kesempatan kali ini, saya akan
menjelaskan teori kepribadian Mc Clelland pada Basuki Tjahaya Purnama, atau
yang sering dikenal dengan Ahok.
Siapa
sih yang tidak mengenal Ahok? Gubernur berparas tionghoa yang sedang
diperbincangkan karena tiap kalimat yang keluar dari mulutnya membuat banyak
bahaya untuk dirinya. Sosok Ahok yang tegas, mulai terlihat oleh publik ketika
ia menjadi wakil gubernur DKI Jakarta, sebelum Jokowi menjabat sebagai
presiden. Lelaki berkelahiran Belitung ini sebelum menjadi seorang Gubernur,
pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI (2012-2014), anggota Komisi II DPR (2009-2014),
dan Bupati Belitung Timur (2005-2006)
Ir. Basuki
Tjahaya Purnama, MM, gubernur yang sering menantang para pejabat yang
menurutnya tidak pantas merupakan kerja kerasnya untuk membuat Jakarta semakin
baik. Semua itu ia lakukan hanya untuk membuat daerah yang dipimpinnya bersih
dari pejabat kotor. Ia merombak jabatan pejabat pemerintah yang nakal dan dengan keberaniannya ia mengatakan
“mau melawan, ya silahkan”.
Banyak kritik
yang ia dapatkan, akan tetapi dengan keberaniannya, semua ia lawan. Perseteruannya dengan banyak pihak tak
membuatnya mundur begitu saja. Yang ia inginkan hanyalah negeri ini menjadi
yang lebih baik lagi. Berikut adalah beberapa kalimat yang pernah terucap
olehnya
“Jangan
ngomong agama. Silahkan cap saya ini sekuler, kafir nomor satu, paling bejat.
Ini saya udah kafir, sekuler lagi. Saya sudah muak ngomong soal agama.”
“Anda nggak
minta maaf sama semua orang Jakarta karena bikin macet, dudukin tanah orang.
Enak aja, emangnya moyang dia raja, ratu apa?”
“Paling
mereka bilang, nyesel pilih Ahok. Ya sudah tak usah pilih kami lagi saja di
tahun 2017. Sekarang saya mau pentingkan seluruh DKI bukan sekelompok yang
memilih saya. Anda tidak mau milih saya ya silakan. Sumpahin saja tujuh turunan
tidak usah pilih saya. Saya juga rela”
Gaya
kepemimpinannya banyak membuat warga terkejut. Sebelumnya, Jakarta sudah pernah
memiliki pemimpin seperti Ahok, yaitu Ali Sadikin. Gaya kepemimpinan yang
ceplas-ceplos ini memang pertama sulit diterima oleh masyarakat, akan tetapi
semakin lama, masyarakat akan menerima gaya kepemimpinan seperti ini.
Nah, dengan
gaya kepemimpinan seperti ini, menurut Mc Clelland, kebutuhan apa ya yang
dicari Ahok? Sebelum kita membahasnya, yuk kita baca singkat teori Mc Clelland
David Mc.
Clelland mempunyai sebuah teori yaitu “need theory” dimana didalam teori
tersebut merupakan model motivasi dari kebutuhan. A motivational model ini
merupakan pengalaman hidup seseorang. Terdapat tiga model yaitu need for
achievement, need for power, dan need for affiliation. Berikut pembahasannya,
Need for
achievement, biasanya orang yang memiliki kebutuhan seperti ini, lebih suka
menyelesaikan pekerjakan karena usahanya dan lebih suka menerima timbal balik
terhadap pekerjaan mereka. Individu biasanya cenderung biasa-biasa saja. Tidak
menyukai resiko yang terlalu tinggi begitu juga dengan resiko yang terlalu
rendah.
Need for
affiliation, individunya lebih suka menghabiskan waktu dengan hubungan social.
Suka menjadi bagian dari sebuah grup. Mempunyai hasrat untuk merasakan cinta
dan diterima. Tidak menyukai situasi yang beresiko tinggi.
Need for
power, hasrat seseorang untuk memengaruhi, mengajari ataupun membesarkan hati
orang lain. Lebih suka bekerja ditempat yang disiplin kuat. Lebih senang untuk
memenangkan sebuah argumen dan kompetisi.
Bila
dikaitkan dengan teori Mc Clelland, kepribadian Ahok cenderung masuk ke Need
for Power. Seperti yang bisa kita lihat, kepermimpinannya yang begitu kuat dan
tegas. Membuatnya selalu ingin menang pada tiap argument. Tiap kata yang
menusuk musuhnya merupakan kekuatan Ahok. Ia seakan tidak mempunyai rasa takut
dalam berbicara. Ahok dikategorikan mempunyai Need for Power dikarenakan ia
dapat memengaruhi orang lain. Ketika ia mengatakan A kepada pejabat pemerintah,
mau tak mau, mereka harus mengikuti kata pemimpinnya tersebut.
Bagaimana dengan
dua model lainnya? Need for achievement dan need for affiliation? Bila
dibandingkan ketiga kebutuhan tersebut. Diurutan kedua, kebutuhan Ahok adalah
need for achievement. Dimana dengan gaya kepemimipinannya tersebut, ia berharap
bisa membangun Jakarta lebih maju lagi. Semua ia lakukan hanya demi prestasi. Bukan
untuk dirinya sendiri, akan tetapi untuk lingkungan yang ia pengaruhi.
Need for affiliation?
Dengan gaya kepemimpinan seperti itu, sepertinya Ahok tidak mendapatkan
kebutuhan ini. Pertikaian yang ia dapatkan, menjadikan banyak musuh dan
hubungan terhadap lingkungan sosial semakin sedikit.
Begitulah
Ahok. Semoga ia bisa mempertimbangkan Need For Powernya lagi dan dapat
menyeimbangkan tiap kebutuhannya.
Bagaimana
dengan anda? Kebutuhan apa yang menjadi prioritas utama didalam hidup anda?
Sumber